Berharap Analisaku Salah Besar
3:13 PM Posted In curhat Edit This 0 Comments »
17 September 2008
Waktu menunjukkan pukul 19 ketika aku menaiki sebuah mobil hijau berplat nomor kendaraan kuning jurusan Buahbatu - Dayeuhkolot. Aku baru saja selesai les Bahasa Inggris yang membuat Tarawih-ku akan terlewat hari ini. Aku mengamati para penumpang disekeliling yang kurang beruntung sepertiku karena tak akan sempat menunaikan ibadah sunnah tersebut. Yang menarik perhatian adalah seorang siswi SMA yang di seragamnya tertera label “SMK NEGERI 10 KOTA BANDUNG”. Bukan tertarik karena hatiku terpikat padanya, aku ini masih perempuan normal. Tetapi penampilan seragam sekolahnya yang dihiasi aneka pernak-pernik ‘blink-blink’ membuatnya terlihat mencolok.
Sesampainya di Dayeuhkolot, aku langsung menyambung perjalanan menuju rumah dengan naik angkot Tegalega - Banjaran. Tak diduga, ternyata siswi itu kembali satu angkot denganku. Aku berpikir kasihan juga dia setiap hari harus menempuh belasan kilometer demi menjunjung tinggi sang ilmu.
Aku duduk di bagian pojok angkot dan dia berada tepat di depanku. Rasa lelah membuatnya merasa mengantuk dan tak kuasa untuk tidak tertidur. Aku hanya mengamati gadis cantik di depanku itu. Tapi seseorang telah membuatku merasa tidak nyaman. Seorang laki-laki, berjaket coklat sekitar berusia 30-an yang duduk di sebelah si gadis, gerak-geriknya sangat aneh bagiku. Hanya bagiku karena 4 penumpang lainnya tak peduli dengan sekeliling, hanya menatap ke jalan menanti tempat perhentiannya tiba.
Aku tak mengerti akan maksud dan tujuan gerak-gerik laki-laki itu. Sikapnya tidak tenang. Sesekali dia melirik si gadis yang tertidur di sebelahnya. Lalu langsung berpaling ke arah lain. Hal itu tidak hanya terjadi sekali atau dua kali. Kalau ku hitung, tiap satu menit dia pasti melakukannya. Membuatku tak bisa berhenti mengawasi tingkah lakunya. Bahkan dia sempat melirikku karena tahu aku sedang mengawasinya. Membuatnya semakin merasa tidak tenang.
Aku tak bermaksud untuk su’udzan, hanya berusaha untuk waspada. Otakku berputar cepat laksana putaran roda angkot yang ku tumpangi untuk menduga apa yang ada dalam pikiran laki-laki itu. Analisisku no.1, laki-laki itu merupakan laki-laki hidung belang karena terus melihat bagian bawah leher si gadis yang memang ternyata terbuka 2 kancing kemejanya. Analisisku no.2, laki-laki itu hendak mencuri sesuatu dari tas si gadis karena terus melihat tas yang dipangku si gadis dan melihat wajahnya untuk memastikan bahwa dia benar tertidur, namun niatnya urung karena aku terus memperhatikannya dan telah siap berteriak apabila dia menyentuh tas si gadis. Entah analisisku itu benar atau tidak, tetapi jika benar, maka tak tahu dirilah dia berbuat maksiat di bulan suci ini.
Tempat perhentianku semakin dekat. Aku berharap si gadis akan turun sebelum aku turun. Karena kalau tidak, mungkin laki-laki itu akan mewujudkan niat jahatnya karena satu-satunya pengganggu, yaitu aku, telah hilang. Namun ternyata keberuntungan tak berpihak padaku. Ketika aku turun, si gadis masih tertidur lelap. Dengan berat hati aku menatap kepergian angkot bersama si gadis dan laki-laki aneh di sebelahnya.
Aku hanya bisa berdoa kepada Allah agar gadis itu dilindungi dari segala niat buruk kepadanya, karena Allah-lah sebaik-baiknya pelindung. Aku memang tak mengenal gadis itu, bahkan tak lebih dari 1 jam yang lalu aku baru bertemunya, tetapi aku tak mau hal buruk menimpanya. Aku hanya berharap bahwa analisaku itu salah besar.
Waktu menunjukkan pukul 19 ketika aku menaiki sebuah mobil hijau berplat nomor kendaraan kuning jurusan Buahbatu - Dayeuhkolot. Aku baru saja selesai les Bahasa Inggris yang membuat Tarawih-ku akan terlewat hari ini. Aku mengamati para penumpang disekeliling yang kurang beruntung sepertiku karena tak akan sempat menunaikan ibadah sunnah tersebut. Yang menarik perhatian adalah seorang siswi SMA yang di seragamnya tertera label “SMK NEGERI 10 KOTA BANDUNG”. Bukan tertarik karena hatiku terpikat padanya, aku ini masih perempuan normal. Tetapi penampilan seragam sekolahnya yang dihiasi aneka pernak-pernik ‘blink-blink’ membuatnya terlihat mencolok.
Sesampainya di Dayeuhkolot, aku langsung menyambung perjalanan menuju rumah dengan naik angkot Tegalega - Banjaran. Tak diduga, ternyata siswi itu kembali satu angkot denganku. Aku berpikir kasihan juga dia setiap hari harus menempuh belasan kilometer demi menjunjung tinggi sang ilmu.
Aku duduk di bagian pojok angkot dan dia berada tepat di depanku. Rasa lelah membuatnya merasa mengantuk dan tak kuasa untuk tidak tertidur. Aku hanya mengamati gadis cantik di depanku itu. Tapi seseorang telah membuatku merasa tidak nyaman. Seorang laki-laki, berjaket coklat sekitar berusia 30-an yang duduk di sebelah si gadis, gerak-geriknya sangat aneh bagiku. Hanya bagiku karena 4 penumpang lainnya tak peduli dengan sekeliling, hanya menatap ke jalan menanti tempat perhentiannya tiba.
Aku tak mengerti akan maksud dan tujuan gerak-gerik laki-laki itu. Sikapnya tidak tenang. Sesekali dia melirik si gadis yang tertidur di sebelahnya. Lalu langsung berpaling ke arah lain. Hal itu tidak hanya terjadi sekali atau dua kali. Kalau ku hitung, tiap satu menit dia pasti melakukannya. Membuatku tak bisa berhenti mengawasi tingkah lakunya. Bahkan dia sempat melirikku karena tahu aku sedang mengawasinya. Membuatnya semakin merasa tidak tenang.
Aku tak bermaksud untuk su’udzan, hanya berusaha untuk waspada. Otakku berputar cepat laksana putaran roda angkot yang ku tumpangi untuk menduga apa yang ada dalam pikiran laki-laki itu. Analisisku no.1, laki-laki itu merupakan laki-laki hidung belang karena terus melihat bagian bawah leher si gadis yang memang ternyata terbuka 2 kancing kemejanya. Analisisku no.2, laki-laki itu hendak mencuri sesuatu dari tas si gadis karena terus melihat tas yang dipangku si gadis dan melihat wajahnya untuk memastikan bahwa dia benar tertidur, namun niatnya urung karena aku terus memperhatikannya dan telah siap berteriak apabila dia menyentuh tas si gadis. Entah analisisku itu benar atau tidak, tetapi jika benar, maka tak tahu dirilah dia berbuat maksiat di bulan suci ini.
Tempat perhentianku semakin dekat. Aku berharap si gadis akan turun sebelum aku turun. Karena kalau tidak, mungkin laki-laki itu akan mewujudkan niat jahatnya karena satu-satunya pengganggu, yaitu aku, telah hilang. Namun ternyata keberuntungan tak berpihak padaku. Ketika aku turun, si gadis masih tertidur lelap. Dengan berat hati aku menatap kepergian angkot bersama si gadis dan laki-laki aneh di sebelahnya.
Aku hanya bisa berdoa kepada Allah agar gadis itu dilindungi dari segala niat buruk kepadanya, karena Allah-lah sebaik-baiknya pelindung. Aku memang tak mengenal gadis itu, bahkan tak lebih dari 1 jam yang lalu aku baru bertemunya, tetapi aku tak mau hal buruk menimpanya. Aku hanya berharap bahwa analisaku itu salah besar.
0 kommend . .:
Post a Comment