Meraih Cinta Ibu

11:51 AM Posted In Edit This 1 Comment »
“Bu, ada teman yang mau datang bersilaturahim dengan ibu. Kapan bu ada waktu”

Siang itu kuhampiri ibu yang sedang duduk menonton televisi. Ibu tak bereaksi apapun, seakan-akan tak mendengar dan merasakan kehadiranku.

“Bu, teman itu bermaksud datang melamar. Bagaimana kalau…”

“Ibu tak peduli dengan semua urusanmu. Kalau ada apa-apa hubungi saja kakek, biar kakek yang urus semuanya!” Dengan ketus ibu memotong pembicaraanku.

Tanganku yang baru saja kuletakkan di atas tangannya ditepiskannya dengan kasar.

“Tapi ibu kan orang tuaku satu-satunya, mau ngak mau ibu harus tahu urusanku ini. Lagi pula….”

Tak kulanjutkan ucapanku karena ibu telah beranjak pergi Begitu saja. Meski sudah kuduga ibu akan bersikap seperti ini, tapi tak urung air mataku jatuh juga.
Sore itu aku ke rumah kakek, bapaknya ibu. Selama ini beliaulah yang menopang ekonomi keluarga kami sejak bapak meninggal tujuh tahun lalu.
Mulanya kakek menolak. Alasannya aku baru saja menyelesaikan studiku dan belum mengamalkan ilmu yang kuperoleh selama empat tahun.

Malah kakek menawariku pekerjaan. Menjadi front officer di sebuah hotel berbintang milik seorang pengusaha yang kini menjadi orang nomor dua di republik ini. Kakek memang dekat dengan pejabat dan orang penting di daerah kami. Jadi, untuk urusan seperti ini bukanlah hal yang sulit baginya.

“Di sana kamu boleh kok berkerudung. Saya sudah bicara dengan Pak JK dan katanya hal itu bukan masalah,” bujuk kakek yang tahu kalau selama ini aku menolak pekerjaan yang mempersoalkan kerudungku.

Tawaran kakek itu kutolak dengan hati-hati. Sebelumnya aku ditawari teman kerja di bank konvensional. Sama seperti kakek, katanya aku boleh berkerudung. Tapi aku tahu, kalau pun dibolehkan pasti yang dimaksud bukan kerudung selebar yang kupakai sekarang. Apalagi saat ini diam-diam aku telah ber-niqab (bercadar-red) meski tak seorang pun di keluargaku yang tahu. Selain itu aku juga sadar, akan banyak pelanggaran syariat yang harus kulakukan jika menerima tawaran itu.

Tapi terus terang sempat terlintas juga kenikmatan yang akan kuperoleh bila mengiyakan tawaran-tawaran tersebut. Dengan materi yang kudapat aku bisa membantu meringankan beban kakek dan ibu. Apalagi aku masih punya delapan adik yang semuanya bersekolah, dan tentu saja masih sangat membutuhkan banyak biaya.

Dan yang paling penting, aku bisa kembali mendapatkan cinta ibu. Cinta yang hilang sejak aku memutuskan hijrah, setahun yang lalu. Ibu yang selama ini sangat hangat dan mencintaiku, sehingga sering membuat adik-adikku iri, telah berubah dingin dan sangat membenciku.

Mengingat semua itu air mataku kembali menetes. Ya Allah, hanya Engkau yang tahu betapa inginnya aku membahagiakan orang-orang yang sangat kucintai ini. Orang-orang yang paling berjasa dalam hidupku. Orang-orang yang memang sudah sepantasnya mendapatkan baktiku.

Tapi ya Allah, aku tak sanggup kalau harus kembali berkubang maksiat untuk memperoleh semua itu. Rasanya sudah cukup semua kemaksiatan yang kulakukan selama ini. Aku tak ingin kembali sesat setelah Engkau tunjukkan jalan-Mu yang lurus. Ya Allah, hanya Engkaulah tempatku mengadu dan bersandar.

“Sudahlah, kalau memang jodohnya biarkan saja. Daripada nanti jadi perawan tua, toh kita juga yang repot!” Nenek yang selalu mendukungku angkat bicara. Saat ini hanya beliaulah yang tidak berubah sikap. Malah diam-diam beliau sering memberiku uang, karena tahu kakek telah menghentikan bantuannya padaku.

Alhamdulillah, akhirnya kakek mau mengalah setelah sempat berdebat panjang dengan nenek. Tapi kemudian aku terhenyak ketika kakek menetapkan sejumlah uang yang menurutku cukup besar. Ya Allah, kalau memang ikhwan ini jodohku dan ia baik bagi diri dan agamaku, maka permudahkanlah urusan ini.

**

Pagi itu, tibalah hari yang sangat bersejarah dalam hidupku. Cuaca yang sejak malam bersahabat, mendadak mendung dan gelap. Sepertinya sebentar lagi turun hujan deras. Tapi gejala alam biasa itu rupanya dimaknai lain oleh sebagian keluargaku. Entah siapa yang memulai, beberapa orang kemudian berinisiatif membuang cabe ke atas genting.

“Biar hujannya tidak jadi turun!” begitu katanya ketika ditanyakan motifnya. Tapi yang bikin ksal ialah ketika salah seorang tante meminta (maaf) pakaian dalamku untuk dibuang ke genting. Katanya lebih ampuh dari cabe. Tentu saja aku menolak sambil menjelaskan kalau tak ada hubungannya antara pakaian dalam atau cabe dengan hujan.

Akhirnya, semua mengomel dengan kekerasanku. Apalagi tak lama kemudian hujan turun deras dibareng dengan angin kencang. Kami sampai sangat khawatir tenda-tenda akan roboh karenanya.

“Percuma, karena sudah terlambat membuangnya. Mestinya sebelum hujan gerimisnya turun.” Lamat-lamat kudengar suara tante menjawab pertanyan adikku.

Aku merasa curiga. Jangan-jangan telah terjadi sesuatu. Buru-buru kulongokkan kepalaku di jendela kamar. Di atas genting, kulihat beberapa biji cabe dan tiga lembar pakaian dalamku yang berhasil diambilnya tanpa sepengetahuanku, padahal sejak tante meminta aku telah mengunci lemari pakaianku.

Alhamdulillah hujan deras dan angin kencang berhenti kurang lebih setengah jam sebelum jadwal akad nkah. Di acara ini yang paling banyak berperan adalah teman-teman ikhwan dan akhwat LDK kampus. Selain karena ibu bersikeras tak ingin ikut campur, juga karena untuk pertama kalinya dalam keluargaku diadakan walimahan yang memisahkan antara mempelai wanita dan pria. Jadi, mereka belum tahu tata caranya.

Ada baiknya juga sikap keluar yang menyerahkan jalannya acara sepenuhnya padaku, meski suara suara sumbang tetap terdengar. Alhamdulillah, di walimahan ini tak ada musik maupun foto-foto. Semuanya berjalan sederhana dan sesuai syariat seperti keinginan kami.

Hampir sejam kemudian rombongan mempelai pria datang. Akad nikah pun segera dilaksanakan. Setelah itu kami pun dipertemukan. Hanya sebentar, karena keluarga suamiku memaksa masuk untuk melihatku. Suamiku hanya sempat meletakkan tangannya di dahiku sembari berdoa dan setelah itu bergegas keluar diikuti yang lainnya.
Aku pun bergerak keluar kamar. Dengan dituntun tante dan seorang akhwat aku menuju ke barisan orang tua untuk sungkeman. Ketika giliran ibu, beliau mendorong tubuhku sehingga aku hampir jatuh dibuatnya.

Aku menangis diperlakukan seperti itu. Kucoba mendekati ibu lagi, tapi teman yang melihat gelagat tidak baik segera menarikku sembari membisikkan agar aku sabar.
Aku pun dituntun untuk langsung menuju pelaminan. Dengan menahan air mata dan rasa sesak di dada, kupaksakan kakiku melangkah. Sikap ibu berlanjut dengan penolakannya menemuiku di pelaminan. Alhasil aku hanya berdua dengan nenek disana. Sore harinya, sat semua sibuk membereskan rumah, adik bungsuku datang menghampiriku. Dengan pelan ia menyampaikan pesan ibu. Katanya aku tak boleh lagi tinggal di rumah ini bila sudah menikah. Katanya, mulai sekarang aku bukan lagi tanggung jawab ibu karena sudah ada yang menanggungku.

“Iya aku tahu kok, bilang ke ibu secepatnya kami akan pindah,” jawabku berusaha bersikap biasa. Aku berusaha menahan gejolak hatiku yang tiba-tiba sesak, menyadari betapa bencinya ibu padaku, padahal sebelumnya akulah anak kesayangannya. Kehijrahanku telah membuat ibu berubah sangat drastis. Hanya dua hari kami berada di rumah ibu. Kemudian aku pun pindah ke rumah mertua. Disana aku disambut baik. Sangat baik malah. Maka mulailah aku berinteraksi dengan keluarga baruku, sambil belajar menyelami watak masing-masing dan senantiasa berusaha menjadi anggota keluarga yang baik.

Sementara ibu tetap dengan sikap dinginnya. Walaupun demikian aku tetap berusaha menyempatkan waktu mengunjunginya. Beliau lebih banyak diam, tapi pada suamiku sudah mau “membuka mulut”. Aku pun senantiasa berdoa agar Allah membuka hatinya dan menerimaku sehangat dulu lagi.

Sekitar dua tahun aku tinggal di rumah mertua. Suami yang seorang thalibul ‘ilmi mendapat tugas dakwah di daerah. Maka kami pun pindah menjalankan amanah yang baru pertama kalinya dibebankan pada suamiku.

Kini enam tahun telah berlalu, alhamdulillah sikap ibu telah membaik. Beliau kembali hangat karena kami telah membuktikan bahwa tak ada yang perlu dikhawatirkan dengan hijab syar’i-ku. Salah satu penyebab sikap keras ibu selama ini, beliau takut dikucilkan para tetangga karena anaknya berbeda dari yang lainnya.

Alhamdulillah aku berhasil membuktikan pada para tetangga bahwa meski berhijab, aku dan suamiku senantiasa menjaga silaturrahim dengan mereka bila kami datang mengunjungi ibu. Malah kini mereka terkadang meminta nasehat dan menanyakan hal-hal yang masih menjadi tanda tanya tentang dakwah salaf ini.

Ya Allah, terima kasih atas semua nikmat yang telah Engkau anugerahkan pada kami. Berilah kami kekuatan dan kemampuan untuk terus mendakwahkan manhaj salaf ini agar mereka yang belum mengerti dapat paham dan mengamalkannya sebagai satu-satunya jalan untuk meraih ridha-Mu. Amin.

(Ummu Abdillah, Sulsel)

Gadis dan Kesucian

11:48 AM Posted In Edit This 0 Comments »
Pesan asma’ binti kharizah fazari r.a bahwa ia telah berkata kepada puterinya pada hari perkawinan anaknya,

Wahai anakku, kini engkau akan keluar dari sarang dimana engkau dibesarkan.
Engkau akan berpindah ke sebuah rumah dan hamparan yang belum engkau kenali, itulah suamimu.

Jadilah engkau tanah bagi suamimu ( dengan mentaati perintahnya) dan ia akan menjadi langit bagimu (tempat bernaung)

Jadilah engkau lantai, supaya ia dapat menjadi tiangnya.

Jangan engkau bebani dengan berbagai kesulitan, karena itu akan menyebabkan ia meninggalkanmu

Kalau ia mendekatimu, dekatilah ia dan jika ia menjauhimu, maka jauhilah ia dengan baik

Peliharalah benar benar suamimu, akan hidungnya, pendengarannya, matanya dan lain lain. Janganlah pula ia mendengar melainkan yang enak dan janganlah ia melihat melainkan yang indah saja darimu.

Kehidupan berumah tangga adalah amanah sebenarnya. Bukan sekedar perpaduan kebahagiaan semata, bahkan memedukan segalanya, sehingga kedua insane menyadari tanggung jawab masing masing sebagai suami istri

Taatilah suamimu dalam taqwamu terhadap Allah, janganlah sesekali engkau mendurhakai suamimu.

Ingatlah wahai putriku, sesungguhnya Rasulullah bersabda :
“aku lihat api neraka, tidak pernh aku lihat seperti hari ini, karena ada pemandangan dahsyat di dalamnya. Telah aku saksikan, bahwa kebanyakan ahli neraka adalah wanita.”

Rasulullah Saw ditanyai, “mengapa demikian wahai Rasulullah”?

Jawab Rasulullah saw. “wanita mengkufuri suaminya dan mengkufuri ihsannya. Jika engkau berbuat baik kepadanya seberapa banyak pun, dia masih belum rasa berpuas hati dan cukup.”

Janganlah engkau merasa sedih dengan berita berita tadi, siapkanlah dirimu, karena walaupun kebanyakan penghuni neraka adalah dari kalangan wanita, karena mereka dari golongan wanita yang jahat.

Namun masih ada ruang untuk wanita mendapat syurga
Jadilah wanita yang baik. Jadilah wanita yang mentaati perintah Allah dan suaminya.
Jadilah wanita yang menjadi ibu yang baik.

L O V E

11:45 AM Posted In Edit This 1 Comment »
Ya Allah . . .
Saat aku menyukai seorang teman…..
Ingatkanlah aku bahwa ,akan ada sebuah akhir
Sehingga aku tetap bersama Yang Tak Pernah Berakhir

Ya Allah . . .
Ketika aku merindukan seorang kekasih
Rindukanlah aku kepada yang rindu Cinta Sejati MU
Agar kerinduanku terhadap MU semakin menjadi

Ya Allah . . .
Jika aku hendak mencintai seseorang
Temukanlah aku dengan orang yang mencintaiMU
Agar bertambah kuat cintaku pada MU

Ya Allah . . .
Ketika aku sedang jatuh cinta
Jagalah cinta itu
Agar tidak melebihi cintaku pada MU

Ya Allah . . .
Ketika aku berucap aku cinta padamu
Biarlah kukatakan kepada yang hatinya tertaut pada MU
Agar aku tak jatuh dalam cinta yang bukan karena MU

Sebagaimana orang bijak berucap
Mencintai seseorang bukanlah apa-apa
Dicintai seseorang adalah sesuatu
Dicintai oleh orang yang kau cintai sangatlah berarti
Tapi dicintai oleh sang Pencinta adalah SEGALANYA

Tips Berjilbab

11:38 AM Posted In Edit This 0 Comments »

1. Berjilbablah dengan ikhlas untuk mendapatkan kenyamanan dan pahala ibadah dari Allah.

2. Sesuaikan model dan warna jilbab anda dengan suasana, aktifitas dan busana yang dikenakan.

3. Pilihlah jenis jilbab sesuai dengan cuaca, jika dalam keadaan panas pilih yang tipis dan yang agak tebal untuk cuaca sejuk dan dingin.

4. Untuk mendapatkan penampilan ceria, pilihlah warna atau corak yang terang.

5. Untuk kelihatan lebih anggun, gunakan jilbab yang berwarna lembut atau gelap.

6. Jika anda kesulitan memilih warna jilbab, pilihlah warna netral (hitam, putih, coklat).

7. Agar terlihat lebih menarik, variasikan jilbab anda dengan assesori jilbab, seperti bandana (bando), payet, bross dan lain-lain.

Jilbab Itu . .

11:14 AM Posted In Edit This 0 Comments »

- Jilbab yang benar, meneduhkan qalbu, pelindung diri, dan indah dilihat.

- Jilbab tak hanya menjadi hijab, namun berperan sebagai batas hasrat yang tersembunyi dalam rahasia kecantikan wanita.

- Jilbab itu bisa indah, cantik, modis, bahkan tidak bertentangan dengan trend fashion. Tapi juga lebih daripada sekedar etika berpakaian yang dianggap sesuai dengan ajaran agama.

- JILBAB = Jadi Indah Luar BiasA Bo!

- Jilbab adalah simbol dari wanita muslimah. Karena itu dia harus memahami makna dari simbol tersebut. Tidak hanya sebagai simbol semata, tetapi lebih dalam agar dia bisa semakin melekat dengan kemuslimahannya.

- Jilbab adalah keindahan. Meskipun dia menutupi keindahan apa yang ada didalamnya, tetapi sebenarnya jilbab lebih indah dari segalanya.

- Jilbab adalah keteduhan, karena dia berhasil membuat lawan jenis mengurung prasangka dan khayal yang akhirnya membuat hatinya semakin teduh.

- Jilbab adalah penutup. Maksudnya, menutup segala aurat. Pemakainya harus paham apa itu aurat agar jilbab bisa menutup dengan sempurna.

- Seperti pedang bagi samurai, begitulah jilbab sebagai jalan hidup bagi perempuan beriman.

Ketika Wanita Keluar Rumah . . .

10:18 AM Posted In Edit This 1 Comment »
1. Seseorang wanita boleh keluar rumah sekiranya ia mempunyai sesuatu hajat yang amat perlu yang diharuskan oleh syarak.

Contohnya:
- Menuntut ilmu fardhu ain sekiranya ibu bapa atau suami atau penjaganya tidak
berkesempatan atau tidak berkemampuan mengajarnya.
- Menziarahi kaum kerabat, saudara-mara, jiran ataupun sahabat.
- Keluar mencari nafkah yang halal disebabkan wanita itu sebatang kara atau keadaannya miskin atau penjaganya sakit atau cacat.
- Untuk menjadi saksi

2. Keluar dengan berdoa meminta perlindungan dari fitnah dan gangguan manusia serta syaitan.

3. Hendaklah menutup aurat supaya:
- Mudah dikenali bahawa dia adalah wanita beriman
- Tidak ada gangguan
- Mendapat keampunan Allah

4. Elakkan berjalan di jalan besar yang sesak dengan orang ramai. Hendaklah berjalan di laluan tepi yang bukan laluan umum.

5. Jangan menampakkan perhiasan diri (seperti rantai, gelang dan sebagainya) atau menghentakkan kaki untuk membunyikan perhiasan (seperti gelang kaki).

6. Berjalanlah dengan sopan. Elakkan daripada banyak bergurau senda di jalanan.

7. Jangan memakai bau-bauan kerana ia memberangsangkan nafsu lelaki. Jika memakainya,jangan terlalu banyak, cukuplah sekadar tidak berbau busuk.

8. Tundukkan pandangan dan kekalkan sifat malu. Jangan sekali-kali bertegur sapa atau melayan lelaki yang bukan muhram.

9. Meminta keampunan kepada Allah di sepanjang perjalanan.

Sudah Khusuk kah Kita Shalat??

5:42 PM Posted In Edit This 1 Comment »
Seorang ahli ibadah bernama Isam bin Yusuf, dia sangat warak dan sangat khusyuk solatnya. Namun dia selalu khuatir kalau-kalau ibadahnya kurang khusyuk dan selalu bertanya kepada orang yang dianggapnya lebih ibadahnya, demi untuk memperbaiki dirinya yang selalu dirasakan kurang khusyuk.

Pada suatu hari, Isam menghadiri majlis seorang abid bernama Hatim Al-Isam dan bertanya : "Wahai Aba Abdurrahman, bagaimanakah caranya tuan solat?"

Hatim berkata : "Apabila masuk waktu solat aku berwudhu' zahir dan batin."

Isam bertanya, "Bagaimana wudhu' zahir dan batin itu?"

Hatim berkata, "Wudhu' zahir sebagaimana biasa, yaitu membasuh semua anggota wudhu' dengan air. Sementara wudhu' batin ialah membasuh anggota dengan tujuh perkara :-
1. bertaubat

2. menyesali dosa yang dilakukan

3. tidak tergila-gilakan dunia

4. tidak mencari / mengharap pujian orang (riya')

5. tinggalkan sifat berbangga

6. tinggalkan sifat khianat dan menipu

7. meninggalkan sifat dengki


Seterusnya Hatim berkata, "Kemudian aku pergi ke masjid, aku kemaskan semua anggotaku dan menghadap kiblat. Aku berdiri dengan penuh kewaspadaan dan aku bayangkan Allah ada di hadapanku, syurga di sebelah kananku, neraka di sebelah kiriku, malaikat maut berada di belakangku, dan aku bayangkan pula bahwa aku seolah-olah berdiri di atas titian 'Sirratul Mustaqim' dan aku menganggap bahwa solatku kali ini adalah solat terakhirku, kemudian aku berniat dan bertakbir dengan baik.


Setiap bacaan dan doa dalam solat kufaham maknanya, kemudian aku ruku' dan sujud dengan tawadhu', aku bertasyahhud dengan penuh pengharapan dan aku memberi salam dengan ikhlas. Beginilah aku bersolat selama 30 tahun."

Apabila Isam mendengar, menangislah dia kerana membayangkan ibadahnya yang kurang baik bila dibandingkan dengan Hatim.

Ikhwan Sejati . . .

5:05 PM Posted In Edit This 0 Comments »
Seorang remaja putri bertanya pada ibunya: Ibu, ceritakan padaku tentang ikhwan sejati...

Sang Ibu tersenyum dan menjawab... Ikhwan Sejati bukanlah dilihat dari bahunya yang kekar, tetapi dari kasih sayangnya pada orang disekitarnya....


Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari suaranya yang lantang, tetapi dari kelembutannya mengatakan kebenaran.....


Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari jumlah sahabat di sekitarnya, tetapi dari sikap bersahabatnya pada generasi muda bangsa ...


Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari bagaimana dia di hormati ditempat bekerja, tetapi bagaimana dia dihormati didalam rumah... Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari kerasnya pukulan, tetapi dari sikap bijaknya memahami persoalan...


Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari dadanya yang bidang, tetapi dari hati yang ada dibalik itu...


Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari banyaknya akhwat yang memuja, tetapi komitmennya terhadap akhwat yang dicintainya...


Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari jumlah barbel yang dibebankan, tetapi dari tabahnya dia mengahdapi lika-liku kehidupan...


Ikhwan Sejati bukanlah dilihat dari kerasnya membaca Al-Quran, tetapi dari konsistennya dia menjalankan apa yang ia baca...


....setelah itu, ia kembali bertanya...


" Siapakah yang dapat memenuhi kriteria seperti itu, Ibu ?"


Sang Ibu memberinya buku dan berkata.... "Pelajari tenteng dia..." ia pun mengambil buku itu


"Nabi MUHAMMAD SAW", judul buku yang tertulis di buku itu