Tips Kalahkan Rasa Takut, Raih Kesempatan

4:55 PM Posted In Edit This 0 Comments »
Setiap manusia di dunia ini terlahir dengan dilengkapi emosi: senang, benci, marah, kecewa, dan rasa takut. Setiap emosi yang kita rasakan membawa pengaruh pada tingkah laku kita. Kali ini kita akan membicarakan soal rasa takut. Emosi yang satu ini memiliki potensi merusak dari apapun di planet ini. Siapa sih manusia di dunia ini yang tidak mengenal rasa takut? Bahkan seorang pemberani pun masih dihinggapi rasa takut. Sayangnya, perasaan yang paling wajar ini memiliki kemampuan merusak potensi alami yang dimiliki bagi semua orang. Pada dasarnya setiap dari kita memiliki kemampuan untuk mewujudkan hal-hal yang luar biasa. Kehidupan yang kita impikan tersedia di luar sana untuk diraih.

Masalahnya, kadang rasa takut yang menjelma dalam berbagi bentuk itu mengacaukan setiap kesempatan yang dapat kita raih. Kita tak bisa menghilangkan perasaan takut itu dari kehidupan kita. Tapi ada cara yang dapat kita tempuh untuk mengalahkannya. Mari kita kita lihat, apa yang dapat kita lakukan untuk mengusir rasa takut itu jauh-jauh.

- Masalah terbesar dari rasa takut adalah keberadaannya yang tidak nyata. Perasaan itu timbul dari kepala kita. Pikiran kita menghadirkannya untuk memberi perlindungan dari situasi yang kita yakini akan menyebabkan rasa sakit. Rasa takut yang berdiam dalam pikiran membuat kita berlari dari situasi yang sebenarnya bisa membawa kesempatan bagus.

- Satu-satunya alat yang paling manjur menghalau rasa takut adalah berada di saat ini. Maksudnya, fokus pada apa yang ada di hadapan Anda. Rasa takut itu datang saat Anda membayangkan apa yang akan terjadi di masa mendatang. Sayangnya, karena pengalaman-pengalaman yang kita lalui selama bertahun-tahun dalam kehidupan kita, proyeksi kita cenderung terfokus pada hal yang negatif. Jadi, saat kita melihat situasi yang sedang kita hadapi, yang nampak adalah bayangan ini tak akan membawa kepuasan. Rasa takut itu memang selalu berdiam dalam diri kita. Jika ingin mengalahkannya, Anda harus mengalahkan pemikiran negatif yang menyertainya. Tetapi pertama-tama, sadari bagaimana sesuatu yang sebenarnya tak ada ini menguasai ruang pikir kita. Ingat, rasa takut itu hanya pikiran kita sendiri.

- Coba hitung, berapa banyak dari kekhawatiran Anda yang jadi nyata. Jika mau menelaahnya, kebanyakan dari ketakutan yang kita bayangkan tak pernah benar-benar terjadi. Ketakutan itu berhasil menghancurkan kesempatan dan kehidupan kita hanya karena kita memberinya ijin untuk itu. Betapa menakjubkannya kekuatan pikiran bukan? Tetapi, rasa takut juga bisa jadi senjata yang penuh kekuatan untuk mendorong seseorang melakukan tindakan.

- Menyadari bahwa apa yang paling kita takutkan tak selamanya berubah nyata adalah cara lain mengatasi ketakutan. Seorang yang berpikiran rasional tak akan mengambil tindakan dari sesuatu yang dia tahu tidak nyata. Menyadari rasa takut itu hanya khayalan, membuat kita lebih mudah mengabaikan apa yang dibisikannya. Abaikan bisikan si setan kecil ini, karena kebanyakan dari itu tidak nyata.

- Kesuksesan adalah hasil dari keterlibatan.Tak seorang pun bisa meraih kemenangan hanya dengan berdiri di tepi arena. Rasa takut akan penolakan, perselisihan dan kehilangan menghalangi kita mencoba hal-hal baru. Dalam hidup ini akan selalu ada resiko kegagalan. Orang-orang sukses memahami ini dan memilih untuk bertindak dengan memperkecil resiko, dan mengambil tindakan sesuai dengan pikiran positif. Mengatasi rasa takut membuat pikiran kita melihat kesempatan.

Pepatah bijak bilang: keberanian itu bukannya tak punya rasa takut tetapi mengalahkan rasa takut. Ingat pepatah ini saat rasa takut datang memberi bisikan. Semua orang pasti memiliki rasa takut, hanya dengan menyadari bahwa ketakutan kita tak selamanya jadi kenyataan dan melakukan tindakan yang kita anggap benar, maka alam akan memberikan imbalan termanisnya.

Review : Edensor

4:49 PM Posted In Edit This 0 Comments »

Judul : Edensor
(Buku Ketiga dari Tetralogi Laskar Pelangi)
Penulis : Andrea Hirata
Penerbit : PT. Bentang Pustaka
Cetakan : I, Mei 2007
Tebal : 290 hlm ; 20.5 cm

“Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu.”
- Arai

Semua orang pasti memiliki mimpi. Namun hanya sedikit orang yang berani menjadikan mimpinya sebagai tujuan hidupnya dan berusaha dengan segala upaya untuk mewujudkan mimpinya. Tak sedikit orang hanya menjadikan mimpi sebagai angan-angan yang seolah tak mungkin terjangkau, sehingga ia menyerah pada mimpinya, melupakannya, dan tenggelam dalam rutinitas hidup yang menjeratnya.

Ikal dan Arai adalah pemimpi yang berani. Walau terlahir dalam keluarga sederhana di Belitong, mereka memiliki mimpi setinggi langit. Mimpi yang diperolehnya dari Pak Balia, guru SMA-nya.

“Murid-muridku, berkelanalah, jelajahi Eropa, jamah Afrika, termukan mozaik nasibmu di pelosok-pelosok dunia. Tuntut ilmu sampai ke Sorbonne di Prancis, saksikan karya-karya besar Antoni Gaudi si Spanyol.” (hal 34)

Kalimat Pak Balia itu begitu menyentuh, menggelisahkan hati dan pikiran mereka dan menyimpannya sebagai mimpi yang harus mereka raih. Walau untuk menjelajahi Eropa bagaikan punguk merindukan bulan, mereka tak menyerah dengan keterbatasan mereka dan terus berusaha untuk mewujudkannya. Mimpi itulah yang menjadi benang merah dari seluruh kisah kehidupan Ikal yang kemudian ditulisnya dalam bentuk novel hingga lahirlah apa yang disebut sebagai Tetralogi Laskar Pelangi. (Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, Maryamah Karpov).

Setelah sukses di dua novel terdahulunya, kini terbitlah novel ketiganya “Edensor”. Jika dalam Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi Ikal bertutur mengenai mimpinya dan usahanya untuk meraih mimpi-mimpi besarnya. Di buku ketiganya ini, apa yang menjadi impian mereka benar-benar terwujud. Dalam Edensor mereka benar-benar telah berada dalam tanah yang telah dijanjikan oleh mimpi-mimpi mereka.

Masih dalam gaya bertutur dan penyajian yang sama seperti di buku keduanya, dimana Andrea merangkai kisah-kisahnya dalam penggalan-penggalan mozaik kehidupan. Demikian pula dalam Edensor. Kisah-kisahnya pendek-pendek saja (5-10 hal) sehingga di buku setebal 288 halaman ini memuat 44 mozaik/bab yang ditulis dengan lancar dan memikat Tak heran banyak pembaca mengaku membaca buku ini dalam sekali duduk.

Di sepuluh mozaik pertama, novel ini kembali mengisahkan kisah-kisah Ikal semasa masih di P. Belitong, bekerja di Bogor, hingga keberangkatannya menuju Sorbonne-Prancis. Di bagian ini ada beberapa kisah yang menarik antara lain kisah kelahiran si Ikal, bagaimana perjuangan Ibunya agar bisa melahirkan tepat pada tanggal kelahiran PBB (24 Oktober) agar kelak Ikal bisa menjadi juru pendamai. Lalu ada pula kisah bagaimana nama Ikal yang sebelumnya pernah diberi nama Aqil Barraq Badruddin harus diganti karena dirasa memberatkan. Namanya diganti menjadi Wadudh, dan akhirnya diganti lagi menjadi Andrea Hirata. Nama yang tak lazim bagi seorang anak melayu di Belitong.

Di mozaik-mozaik berikutnya barulah novel ini menceritakan mengenai pengalaman Ikal dan Arai di tanah impiannya – Sorbonne - Prancis. Hal ini menarik karena mengungkap bagaimana mereka harus menjalani kehidupan di sebuah dunia yang benar-benar baru. Ketika baru saja Ikal dan Arai menginjakkan kaki di Belgia, mereka terlunta-lunta di jalan dan didera cuaca dingin yang menggila yang hampir saja merengut nyawa mereka. Geger budayapun dialami oleh mereka, Ikal menemukan berbagai paradoks antara apa yang dilihatnya di Eropa dengan keadaan di tanah kelahirannya.

Dan yang paling menarik dari novel ini terdapat di mozaik 31 hingga selesai. Di bagian ini dikisahkan pertaruhan Ikal dan kawan-kawannya untuk mengelilingi Eropa pada saat liburan musim panas. Masing-masing membentuk kelompoknya sendiri-sendiri. Ikal berpasangan dengan Arai. Yang menang adalah mereka yang dapat menempuh paling banyak kota dan negara. Yang kalah harus mengurus laundry peserta lain selama tiga bulan, dan yang paling memalukan, harus menuntun sepeda secara mundur dari museum legendaris Le Leouvre ke gerbang L’Arc de Triomphe dimana di sepedanya digantungi pakaian-pakaian rombeng.

Ikal dan Arai melakukan perjalanannya sebagai backpaker. Untuk membiayai perjalanannya mereka harus rela menjadi pengamen seni, yaitu menampilkan seni patung dimana Ikal dan Arai menjadi patung dan berdandan sebagai seekor putri duyung. Perjalanan mereka penuh tantangan, ketika kehabisan uang, mereka harus makan daun-daunan mentah untuk bertahan hidup. Namun Ikal dan Arai tak pernah menyerah, mereka manusia yang hidup dalam mimpinya. Hanya berbekal impian, keberanian dan tekad untuk memenangkan taruhan, mereka akhirnya mereka mampu melakukan perjalanan ke 42 negara di Eropa, Rusia hingga menjejakkan kakinya ke Afrika!

Ketika kembali ke Paris, Ikal kembali menekuni kewajibannya sebagai mahasiswa. Ia tenggelam dalam risetnya. Berita buruk diterimanya karena Prof Turnbull, pembimbingnya akan pensiun dan pulang kampung dan bekerja di Sheffiled Inggris. Khawatir tesisnya terbengkalai, Ikal terpaksa mengikuti exchange program ke Shieffield Hallam University untuk melanjutkan risetnya dibawah bimbingan Prof Turnbull. Kini Ikal semakin dekat dengan Edensor, sebuah desa di Inggris yang selama ini hanya dibacanya di novel karya James Herriot pemberian A ling, gadis Hokian pujaan hatinya.

Di novel ketiganya ini Andrea tampaknya masih konsisten dengan gaya bertuturnya di dua novel terdahulunya. Kalimat-kalimatnya kerap menggunakan metafora-metafora yang mengejutkan dan mampu membuai pembacanya untuk masuk dalam kisahnya. Tak hanya kisah serunya berpetualang ke berbagai negara yang akan diperoleh pembacanya, dalam setiap kisahnya Andrea juga senantiasa menyelipkan berbagai perenungan bijak yang membuat pembacanya bergetar dalam haru, miris atau tersentuh semangatnya ketika membaca kisah-kisahnya.

Selain menyentuh pembacanya, novel ini juga menyajikan kelucuan-kelucuan yang menghibur. Walau kadar kelucuannya tak sampai membuat pembacanya tertawa-tawa seperti di novel keduanya, dalam edensor sisi humornya antara lain terdapat dalam pencarian Ikal terhadap pujaan hatinya A Ling. Untuk mencari jejak A Ling, ia mengandalkan kecanggihan Internet. Ia memasukkan nama A Ling di search engine dan menemukan nama itu berada di berbagai negara dan kota di Eropa,. Dengan modal ini maka setiap Ikal mengunjungi negara tertentu dia menyusuri alamat yang diperolehnya dari internet. Kelucuan merebak ketika ternyata nama A Ling yang diperolehnya ternyata seorang wantia tua, nama sebuah tempat, hingga nama merk obat kuat.

Bagi mereka yang suka melakukan perjalanan traveling ala backpacker , novel ini juga memberikan berbagai tips yang menarik seperti negara-negara mana yang menghargai para backpacker, fungsi baju second skin untuk mengatasi dingin, pengalaman bergaul dengan backpacker kanada, tempat-tempat tidur yang aman apakah di aman, di emper toko, di terminal, dll, termasuk cara membaca arah dengan membaca rasi bintang belantik

Dari berbagai kisah yang dimunculkan dalam buku ini, tampaknya Andrea memang sosok yang sarat pengalaman hidup dan pengetahuan, selain mampu menebar semangat dan inspirasi bagi pembacanya untuk berani mewujudkan mimpinya, di novel ketiganya ini kita akan melihat Andrea juga dengan cerdas memadukan sains, fisika, kimia, biologi, ekonomi, sastra, dan tak ketinggalan kritik-kritik sosial terhadap indonesia yang dilihatnya sebagai paradoks dari pengalamannya hidup di luar negeri. Yang tak kalah menarik adalah monolognya dengan ekonom dunia Adam Smith yang menyerang kaum monetaris yang bersekongkol mengumpulkan uang agar begara seperti Indonesia tergadai karena berhutang.

Dari ketiga karya Andrea, saya rasa novel pertamanya tetap lebih dahsyat dibanding Sang Pemimpi dan Edensor. Bukan berarti dua yang terakhir buruk, namun dalam Sang Pemimpi dan Edensor, ekplorasi karakter tokoh dan peristiwa tak sedalam Laskar Pelangi. Mungkin ini akibat gaya betutur Andrea di novel kedua dan ketiganya yang dipenggal-penggal dalam peristiwa-peristiwa yang dialaminya sehingga lebih menyerupai cerpen dengan benang merah yang kuat, yaitu mimpi Ikal dan Arai.

Namun terlepas dari perbandingan antara novel pertama, kedua, dan ketiganya. Dari tiga karya Andrea yang telah diterbitkan , ketiga-tiganya sangat berpotensi dalam memberikan letupan inspirasi bagi pembacanya untuk tidak menyerah dalam mengejar mimpi.

Semua telah kami rasakan, dalam kemenangan manis yang gilang gemilang dan kekalahan getir yang paling memalukan, tapi tak selangkah pun kami tak mundur, tak pernah. Kami jatuh, bangkit, jatuh lagi, dan bangkit lagi. (hal 277)

- Ikal -

Review : Sang Pemimpi

4:45 PM Posted In Edit This 0 Comments »

Judul Buku : Sang Pemimpi
Penulis : Andrea Hirata
Penyunting : Imam Risdiyanto
Penerbit : Bentang Pustaka
Cetakan : I, Juli 2006
Tebal : x + 295 hlm

Jauh di pedalaman pulau Belitong, tiga orang anak di sebuah kampung Melayu bermimpi untuk melanjutkan sekolah mereka hingga ke Perancis, menjelahi Eropa, bahkan sampai ke Afrika.!
Ikal, Arai, dan Jimbron, merekalah si pemimpi itu, walau bagai punguk merindukan bulan, mereka tak peduli, mereka memiliki tekad baja untuk mewujudkan mimpi mereka, hidup di daerah terpencil, kepahitan hidup, kemiskinan, bukanlah pantangan bagi mereka untuk bermimpi. Mereka tak menyerah pada nasib dan keadaan mereka, bagi mereka mimpi adalah energi bagi kehidupan mereka masa kini untuk melangkah menuju masa depan yang mereka cita-citakan.

Novel kedua Andrea Hirata “Sang Pemimpi” ini bertutur bagaimana ketiga anak kampung Melayu di kawasan PN Timah Belitong menjalani hari-hari mereka bersama mimpi-mimpinya. Karena masih merupakan kelanjutan dari novel pertamanya Laskar Pelangi, Sang Pemimpi pun masih bertutur mengenai memoar kehidupan Ikal, dalam menapaki kehidupannya.
Jika dalam Laskar Pelangi tokoh Ikal yang ketika SD hingga SMP ditemani oleh kesepuluh teman-temannya yang dinamai Laskar Pelangi, kini Ikal yang telah bersekolah di SMA ditemani oleh dua orang temannya Arai dan Jimbron.

Arai sebenarnya masih memiliki hubungan darah dengan Ikal, kedua orang tuanya meninggal dunia ketika ia masih kecil. Arai tak memiliki saudara kandung sehingga setelah kematian kedua orang tuanya Arai diasuh oleh kedua orang tua Ikal di kampungnya sehingga bagi Ikal, Arai adalah saudara sekaligus sahabat terbaik baginya, Arai memiliki pribadi yang terbuka dan cerdas.
Sedangkan Jimbron adalah sosok rapuh, ia tak secerdas Ikal dan Arai, ia gagap dalam berbicara semenjak kematian ayahnya. Jimbron sangat terobsesi oleh kuda, padahal di kampungnya tak ada seekorpun kuda bisa ditemui, nantinya kisah Jimbron dan obsesinya ini menjadi bagian yang menarik dan lucu pada buku ini Ikal, Arai dan Jimbron memiliki rasa kesetiakawanan yang tinggi, mereka bahu membahu mewujudkan mimpi mereka, saat itu PN Timah Belitong sedang dalam keadaan terancam kolaps, gelombang PHK besar-besaran membuat banyak anak-anak tidak bisa meneruskan sekolah mereka karena orang tuanya tak sanggup membiayai. Mereka yang masih ingin bersekolah harus bekerja.
Demikian juga dengan ketiga pemimpi, begitu tamat SMP mereka ingin tetap melanjutkan sekolah mereka, karena di kampung mereka tak ada SMA, mereka harus merantau ke Magai, 30 kilometer jaraknya dari kampung mereka. Untuk itu mereka tinggal bersama-sama dalam sebuah los kontrakan, sedangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya mereka bekerja mulai dari penyelam di padang golf, office boy di sebuah kantor pemerintah hingga akhirnya bekerja sebagai kuli ngambat, yang bertugas menunggu perahu nelayan tambat dan memikul tangkapan para nelayan itu ke pasar ikan. Menurut hirarki pekerjaan di Magai, kuli tambat adalah pekerjaan yang paling kasar yang hanya akan digeluti oleh mereka yang tekad ingin sekolahnya sekeras tembaga atau mereka yang benar-benar putus asa karena tidak memiliki pekerjaan lain. Hal ini membuktikan bahwa ketiga pemimpi ini memiliki hati yang sekeras tembaga untuk bisa bersekolah untuk mewujudkan mimpi mereka.

Kisah memoar kehidupan Ikal dan kedua sahabatnya dalam mewujudkan impian inilah yang tersaji dalam novel ini. Semua kisahnya tersaji dalam 18 bab yang tidak terlalu panjang, masing-masing memiliki kisahnya sendiri, namun ada juga beberapa bab yang sambung menyambung. Beberapa bab menyuguhkan cerita-cerita yang bersahaja seperti pada bab Baju Safari Ayahku yang mengisahkan bagaimana ayah Ikal yang tak banyak bicara namun begitu mencintai dirinya, hal ini terbukti ketika ayahnya harus mengayuh sepeda sejauh 30 km untuk mengambil rapor ikal dan Arai.
Ketika hari yang ditentukan tiba ayah Ikal bahkan harus bangun pagi-pagi sekali untuk mempersiapkan dirinya, dikenakannya satu-satunya pakaian Safari empat saku kesayangannya yang telah disetrika dengan rapih, baginya hari itu adalah hari yang terpenting bagi hidupnya.

Kesungguhan hati sang ayah dalam mengambil rapor Ikal dan Arai tak berbuah sia-sia karena mereka masing-masing menduduki rangking ketiga dan kelima. Kisah yang tersaji dalam bab ini sangatlah indah, secara piawai Andrea meramu kalimat-kalimatnya dengan indah sehingga pembaca akan merasakan bagaimana bangganya Ikal memiliki ayah yang begitu mencintainya.

Masih ada beberapa kisah lagi yang menggugah, namun ada juga beberapa kisah lucu yang membuat pembacanya tersenyum dan tertawa terbahak-bahak ketika membaca pengalaman-pengalaman lucu mereka, misalnya pada Bab Bioskop yang menceritakan kisah kenakalan Ikal dan kawan-kawannya ketika secara sembunyi-sembunyi masuk kedalaam gedung bioskop untuk menonton film-film murahan yang mengumbah syahwat.
Tentu saja ini petualangan yang berbahaya karena menonton bioskop merupakan salah satu larangan paling keras dari Pak Mustar, guru mereka. Kisah yang lucu dan seru ini bersambung ke 2 bab berikutnya yaitu Action dan Spiderman. Khusus di Bab Spiderman pembaca akan dibuat tertawa karena obsesi Jimbron terhadap kuda melahirkan sebuah kisah yang lucu dengan ending yang membuat pembaca tertawa terbahak-bahak.

Selain itu, disela-sela kisah-kisah ketiga pemimpi yang terdapat dalam buku ini, pembaca juga akan disuguhi potret landskap pulau Belitong lengkap dengan kondisi sosialnya, salah satunya yaitu dengan mengungkap anak-anak melayu yang harus bekerja mendulang tembaga, mencari bongkah kaursa, topas dan gelena yang sesungguhnya adalah milik penduduk kampung Melayu namun semuanya itu harus mereka muat sendiri ke atas tongkang untuk menggendutkan perut para cukong di Jakarta.

Selain itu Andrea pun dengan jiwa yang besar melakukan otokritik terhadap kaumnya, suku Melayu. Diwakili oleh tokoh pengusaha kaya di kampungnya Capo Lam Pet Nyo, Andrea mengkritik habis perilaku suku melayu yang ditulisnya sebagai orang yang manja karena bergantung pada keberadaan PN Timah, banyak teori, sok pintar walau baru sedikit ilmunya, sombong walau hanya memiliki sedikit harta, dll.
Otokritiknya ini ditutup dengan kalimat lugas yang keluar dari mulut Capo Lam Pet Nyo “Kalau timah tak laku, kalian orang Melayu mati…” (hlm164).

Masih banyak peristiwa-peristiwa yang menarik yang dialami oleh Ikal dan kedua kawannya. Kesemua peristiwa yang mereka alami tak ubahnya seperti potongan-potongan mozaik, walau awalnya seperti terserak seakan berdiri sendiri, namun jika disatukan akan akan membentuk sebuah pemandangan yang indah yang dalam konteks buku ini akan menuju suatu bentuk wujud dari impian besar mereka.

Sayang, ketika potongan mozaik yang menceritakan ketika Ikal telah memasuki bangku kuliah tidak tereskplorasi dengan baik., kalimat “Tak terasa aku telah menyelesaikan kuliahku” (hlm 250) seolah memberi alasan bagi Andrea untuk beralih ke kisah selanjutnya, atau mungkin mozaik ini akan muncul di buku berikutnya ? Semoga saja demikian. Buku ini diakhiri dengan kisah Ikal dan Arai kembali ke kampungnya sambil menanti keputusan dari kampus mereka apakah mereka diijinkan untuk melanjutkan riset ke luar negeri atau tidak.

Berhasilkah Ikal, Arai dan Jimbron mewujudkan mimpi mereka untuk menjejakkan kaki mereka hingga ke Sorbrone – Perancis ? Jawabannya akan pembaca temui dalam bab-bab terakhir di buku ini.
Walau memiliki banyak hal yang menarik dalam buku ini, ada sedikit kejanggalan yang mungkin akan dirasakan oleh pembaca.
Pada cover depan buku ini tertulis bahwa Sang Pemimpi adalah “Buku Kedua dari Tetralogi Laskar Pelangi” bukan tak mungkin pembaca Laskar Pelangi akan menyangka bahwa buku kedua Andrea ini masih menceritakan kehidupan tokoh Ikal bersama pasukan Laskar Pelanginya, sayangnya anggota Laskar Pelangi yang begitu kompak dan menemani masa-masa indah ikal sewaktu SD hingga SMP tak terceritakan lagi dalam Sang Pemimpi, dari 18 bab, hanya sekali Laskar Pelangi disinggung, itupun hanya sekilas saja, apakah memang dari kesepuluh anggota laskar pelangi tak ada satupun yang melanjutkan ke SMA Bukan Main di Magai ?
Selain itu tokoh Arai yang dalam Sang Pemimpi diceritakan telah tinggal bersama Ikal sama sekali tak dimunculkan dalam Laskar Pelangi, padahal dalam novel ini dikisahkan bahwa Ikal dan Arai telah tinggal serumah layaknya kakak dan adik semenjak mereka kelas tiga SD.

Secara keseluruhan buku ini tak kalah menarik dengan Laskar Pelangi, Andrea nampaknya masih `bermain` dalam pola yang sama dengan buku pertamanya, beragam kisah yang pernah dialaminya ditulis dalam masin-masing bab dan dikumpulkan menjadi satu buku, mirip kumpulan cerpen namun memiliki benang merah yang kuat.
Sang Pemimpi adalah sekuel dari Laskar Pelangi dan merupakan buku kedua dari apa yang disebutnya sebagai Tetralogi Laskar Pelangi. Seperti diungkap oleh penulisnya dalam lembar ucapan terimakasihnya, kini buku ketiga dan keempat sedang ditulisnya, dan Budaya orang Melayu dan Tionghoa pedalaman di Belitong lah yang akan menjadi platform untuk mendefiniskan tetralogi Laskar Pelangi.

Dari segi penuturan, antara buku pertama dan kedua tak terlihat berbeda, Andrea tampaknya masih konsisten menyuguhkan kisah-kisah kehidupan yang memesona yang dirangkai dengan kalimat-kalimat yang menyihir pembacanya sehingga pembaca dibawa berkelana menerobos sudut-sudut kehidupan anak-anak kampung Melayu yang polos, sederhana namun memiliki kekuatan terhadap cinta, persahabatan, pengorbanan, dan tekad yang keras untuk mewujudkan mimpi mereka.
Tiap-tiap kisah yang dituturkan baik yang penuh dengan kelucuan, keharuan, tragedi dll diungkap dengan teknik bercerita yang memukau, tak heran jika Nicole Horner dalam endorsmentnya mengatakan bahwa Andrea adalah seorang seniman kata-kata.

Kehadiran Sang Pemimpi dalam ranah perbukuan tanah air masih dalam situasi yang sama ketika Laskar Pelangi diterbitkan, buku-buku fiksi yang beredar masih banyak yang bertutur mengenai kehidupan kaum urban dengan segala permasalahannya atau cerita-cerita remaja metropolitan yang tak lepas dari problem cintanya.
Belum lagi kini pasar buku diramaikan dengan hadirnya karya-karya terjemahan yang menggugat dasar-dasar keyakinan umat tertentu.
Ditengah-tengah kondisi ini kembali Andrea menyuguhkan sebuah kisah yang lain. Sang Pemimpi hadir dengan kisah-kisah sederhana. Namun dari kesederhanaan inilah pembaca akan disadarkan bahwa kemiskinan dan berbagai hambatan yang membelit cita-cita seseorang bukanlah alasan untuk berhenti bermimpi.
Selain itu Melalui rangkaian kisah-kisah dalam buku ini baik yang filosofis, menyentuh bahkan menggelikan akan terlihat secara jelas betapa dashyatnya tenaga mimpi dari tokoh-tokohnya sehingga membawa mereka untuk terus berjuang menaklukkan berbagai rintangan- yang mereka hadapi untuk mewujudkan mimpi mereka.

“Kita akan sekolah ke Perancis, menjelajahi Eropa sampai ke Afrika! Apapun yang terjadi!”

Review : Maryamah Karpov

4:39 PM Posted In Edit This 0 Comments »

Pengarang : Andrea Hirata
Penyunting : Iman Risdiyanto
Cover : Andreas Kusumahadi
Penerbit : PT Bentang Pustaka
Cetakan Pertama : November 2008
Halaman/Bab : xii + 504 halaman / 73 Bab
ISBN :978-979-1227-45-2
Harga : Rp. 79.000,00 + discount 10%

Hari kemarin tepatnya tanggal 28 November 2008, novel yang ditunggu tunggu pengemarnya yaitu Novel terakhir dari tetralogi Laskar Pelangi sudah terbit. Maryamah Karpov judulnya dengan sub judul ‘Mimpi-Mimpi Lintang’.

Ringkasan :
Dari judulnya Maryamah Karpov tentu kita akan bertanya tanya siapa dia ?tak lain dia adalah mak cik maryamah , yang di novel sang pemimpi dia adalah seorang ibu dengan anaknya yang suka sekali maen biola dan diceritakan ditolong arai dan ikal dengan merintis bisnis kue. Seperti kebiasaaan orang melayu , suka sekali memberi gelar belakang kepada nama seseorang, yang gelarnya disesuaikan dengan kondisi , keadaan, kejadian yang terkenang oleh orang orang melayu itu, disini kita akan menemui nama nama unik dan lucu, seperti Kamsir si buta dari goa hantu, Munawir berita buruk, Mahmud Corong, Syamsiar Bond, Nur Gundala Putra Petir, Rustam simpan pinjam, Muharram Ini Budi, dsb.

Makcik maryamah mendapat gelar karpov , karena makcik maryamah sering mengajarkan langkah langkah karpov kepada orang yang main catur, walau menjadi judul inti novel ini, tapi makcik maryamah hanya disinggung sedikit aja, dan tidak dijadikan bab khusus , seperti sub judul ‘Mimpi-mimpi lintang’.

Secara garis besar Novel ini menceritakan tentang perempuan dari satu sudut yang amat jarang diekspos seperti dalam postingan dulu, yaitu menceritakan tentang Dokter gigi Budi Ardiaz Tanuwijaya yang ditugaskan di Belitong, Bagaimana Ikal lulus ujian desertasi, Perjalanan takdir kehidupaan Arai si simpai keramat, sampai perjalanan mengarungi lautan mencari si kuku cantik A ling.

Beberapa Bocoran kisah di Novel ini yang mungkin ditunggu tunggu oleh penggemarnya (beberapa sengaja disensor supaya membuat rasa ingin tau)

1. Nama belakang ikal yaitu hirata , klo diucapkan cepat sekali berulang ulang artinya [Baca sendiri ya], dimana nama belakang itu pemberian ibunya, supaya ikal ingat [Baca sendiri ya].

2. Arai ketemu dengan Zaskiah Nurmala dan menikah dengannya lalu memboyong sang kekasih ke Luar negeri untuk menemani Arai melanjutkan kuliah.

3. Bang Zaitun sang suhu Cinta Arai ubah haluan dari penyanyi menjadi [Baca sendiri ya]

4. Ikal membuat sendiri kapal untuk mengarungi lautan mencari A ling

5. Sebelas Personel Laskar Pelangi muncul di novel ini tuk membantu membuat kapal

6. Lintang membuat Dalil lintang yang berisi tentang rumus matematika fisika:thumbup:

7. Ikal dan teman-teman laskar Pelangi akan menaikan kapal yang karam ke atas dari dasar air dengan dalil lintang:thumbup:

8. Mimpi-mimpi Lintang adalah nama kapal yang dibuat Ikal. ( nah pasti dah salah sangka khan ?? )

9. Ikal Bersama Mahar dan dua awak kapal mengarungi lautan mencari A ling

10. Dengan bantuan Tuk bayan Tula yang disogok Mahar dengan [Baca sendiri ya] akhirnya Ikal berhasil menemukan A ling

11. Ikal ternyata punya trauma masa kecil waktu di bius saat khitan ,sehingga saat sakit gigi ikal bersikeras untuk tidak pergi ke dokter gigi Budi Ardiaz Tanuwijaya.

12. Ikal melamar Aling tetapi …….[Baca sendiri ya]

13. Bunga Seroja itu lagu yang direquestkan ikal untuk A ling ( itu mengapa alasan novel ini ditunda menunggu pembuatan film Laskar Pelangi selesai )

udah ah bocorannya …. , baca sendiri aja biar jelas.


Kesimpulan

Dalam Novel ini seperti biasa , Andrea agak mengkaburkan masalah waktu, sehingga kadang alurnya tidak jelas , tetapi itu bukanlah kelemahan, malah saya anggap itu ciri khas Andrea hirata karena memang novel novel sebelumnya begitu juga. kalo boleh saya menilai dari tetralogi novel ini, untuk Laskar Pelangi saya menilai 8.5, Sang Pemimpi 9, edensor 8 dan Maryamah Karpov ini 8.5. Saya lebih suka Sang Pemimpi karena menurut saya , Andrea lebih realistis dalam menulis novel tersebut (kecuali soal kuda dan jimbron ) dan ceritanya benar benar mengena di hati, terutama saat Penerimaan raport si Ikal yang turun nilainya drastis