Ketika Islam Memelukku (2)

12:11 PM Posted In Edit This 0 Comments »
Lalu kucoba membaringkan diri pada sebuah rel kereta yang sunyi. Pikiranku jika terlindas kereta, aku akan langsung mati tanpa merasakan sakit. Tetapi, apa boleh buat, keretanya malah lewat di jalur sebelah. Aku selamat. Pas kulihat, di rel sebelah itu ada seorang kakek yang mati terlindas. Tubuhnya hancur mengerikan. Aku jadi bergidik. Aku bergegas pulang dan nggak mau makan selama lima hari.

Jalan untuk bunuh diri terbuka lebar ketika sekolah kami mengadakan acara piknik ke air terjun. Enak juga kayak terjun bebas gitu! See you in hell, Steve! Aku sudah siap terjun, tetapi seseorang tiba-tiba mencolek bahuku. Dia Lina, seorang aktivis Rohis sekolahku yang berjilbab rapi. Dia saingan terberatku dalam meraih juara di sekolah. Tahu apa yang dia bilang padaku?

“Hati-hati, Wen, jangan terlalu dekat ke pinggir sungai. Sungai ini dalam. Kamu bisa nyangkut di batu-batu yang tajam itu. Kemarin, ada teman kakakku yang tersangkut saat ada acara di sini. Kasihan ia terluka berat. Hati-hati ya, Wen!”

Tanpa beban, ia tersenyum dan menepuk bahuku sekali lagi. Hangat. Seperti hangat matahari pagi. Tuhan, aku rindu rasa hangat itu. Berlari aku mengejar Lina. Aku ingin berbagi dengan dia!

Nah, itu dia. Ia sedang bersiap shalat Zhuhur dengan temen-teman yang lain. Shalat? Sudah berapa lama aku tidak mengerjakannya dengan sepenuh hati? Aku menangin melihat Lina dan beberapa teman melakukan shalat sunnah qabliyah Zhuhur. Tuhan, begitu indahnya. Begitu damainya. Tuhan, aku perlu mengadu pada-Mu!

Maka, aku pun berwudhu. Kubasuh anggota tubuhku dengan sepenuh hati. Sejuk. Damai. Indah. Lalu aku bergabung bersama mereka untuk shalat berjama’ah. Damai itu menyergapku begitu dalam. Aku serasa melayang dalam tarian dzikir yang indah. Aku merasa Tuhan sedang memelukku. Lebih hangat dari apa yang pernah kurasakan selama ini. Ya Allah, ampuni Wendy!

Selesai shalat, kuhampiri Lina. “Lin, ajari aku ber-islam lebih baik. Mau?” Lina memelukku hangat. “Selamat datang, Wendy. Ini Islam kita yang penuh keindahan.”

Maka, inilah aku sekarang. Wendy yang sudah kuliah tingkat dua di kedokteran dan masih bersahabat dengan Lina yang kuliah di arsitektur. Aku sudah berjilbab. Aku juga sedang berusaha terus mencari Islam. Menggali lebih dalam keindahan Islam. Tahukah kamu bahwa semakin dalam aku menggali Islam, aku makin merasakan keindahan itu? Aku makin cinta Islamku. Aku makin merasakan kesejukan dan kedamaian.

Aku merasa beruntung Allah memerintahku shalat minimal lima kali sehari. Gunanya agar aku selalu dekat dengan-Nya, bisa terus curhat pada-Nya, dan agar aku tidak putus asa. Hingga aku menemukan bahwa kebahagian kita adalah ketika kita berserah diri dan pasrah pada apapun ujian dari-Nya dan selalu berusaha lebih baik lagi. Indah sekali ketika kita ridha atas apa yang menimpa kita sambil terus berusaha dan berdo’a. Terima kasih, Allah, kini aku merasakan keselamatan meliputi hati dan jiwaku.

SELESAI.

0 kommend . .: